Jumat, 30 Juni 2017

Orangtua sebagai Pendidik Pertama dan Utama

H. Mahmud Sapsal Barugae
Pendidikan adalah "usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memimpin dan membimbing siterdidik sehingga terwujud kepribadiannya yang utama"  , dalam arti memiliki sikap mental yang terpuji dan dapat dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan maupun dalam bentuk perkataan atau ucapan. Jadi pendidik adalah orang dewasa fisik dan psikisnya yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan mendidik, dalam hal ini adalah kedua orang tua dan para guru.
Orang tua adalah ayah dan ibu yang diserahi amanah  oleh Allah swt, untuk memimpin dan membimbing pertumbuhan dan  perkembangan anak-anaknya sehingga memiliki akhlak yang baik atau terhindar dari dekadensi moral. Untuk itulah Allah swt, menghimbau kepada para orang tua yang beriman, dengan firmanNYA yang  berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاًظٌ شِدَادٌ    لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ  
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan dalam sub ini, penulis akan menguraikan eksistensi orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak.
a.       Orang tua sebagai pendidik pertama.
Sebagai subyek pendidikan, kedua orang tua disebut guru pertama bagi anak, karena segala sikap dan tingkah laku serta perbuatan bahkan ucapannya menjadi teladan. Untuk itulah kedua orang tua (ayah dan ibu) hendaknya menciptakan suasana yang penuh keakraban dan kasih sayang senantiasa melaksanakan seluruh ajaran agama Islam sebagai teladan dan percontohan bagi anak-anaknya, mengingat bahwa watak anak-anak tersebut cenderung meniru perbuatan orang lain terutama orang tuanya. Jadi   dengan sikap dan tingkah laku serta ucapan orang tua yang mempunyai nilai ibadah dan nilai pedagogik, maka ia disebut pendidik pertama. Untuk itulah Nabi Muhammad saw, bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, yang berbunyi :
مَا مِنْ مَوْ لُوْدٍ إِلاَّ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَ بَوَاهُ يُهَوِّ دَا نِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَا نِهِ . . . 
Artinya : Tidaklah anak itu dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka ke dua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani, maupun Majuzi . . .
b. Orang tua sebagai pendidik utama.
Sejak manusia terlahir dari perut ibunya, kedua orang tua senantiasa mengarahkan perhatian guna memelihara, mengawasi pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak, terutama oleh  ibu  yang  sejak awal membesarkan anak dengan air susunya serta memupuk dengan kasih sayangnya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad saw, bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Anas RA, yang berbunyi :

الْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْداَمِ اْلاُمَّهَاتِ 

Artinya : Syurga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.
Maksud dari hadits Nabi Muhammad saw, tersebut adalah pemeliharaan dan penyusuan selama dua tahun "merupakan pemenuhan kebutuhan kasih sayang oleh ibu kepada anaknya"  yang sangat berpengaruh dan menentukan pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak. Dengan demikian kemandirian jasmani dan rohani atau watak kepribadian seorang anak adalah dibentuk oleh kaum ibu, olehnya itu pula ibu disebut sebagai pendidik utama. Dengan demikian, jelas bahwa kedua orang tua terutama ibu, merupakan pendidik pertama dan utama bagi seorang anak.
Lebih jauh peneliti menguraikan secara global tentang kewajiban orangtua terhadap anak. Sebagaimana diketahui bahwa anak-anak adalah barang amanat yang diletakkan olel Allah di tangan orang-orangtuanya. Mereka bertanggung jawak terhadap anak-anak itu dihadapan Allah.. Jika amanat itu dipelihara dengan baik dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak-anak asuhannya, maka pahalalah yang akan diperolehnya, tetapi sebaliknya jika mereka menterlantarkan amanat itu se­hingga menyebabkan anak-anak  asuhannya tidak terurus pendidikannya dan pengajarannya maka berdosalah orang-orang tua itu sebagai pemegang amanat Tuhan.
Berkata Ibnu Umar RA. : Aku telah mendengar Rasulullah saw, bersabda:
عن بن عمر عن النبي  صلى الله عليه وسلم  أنه قال ثم ألا   كلكم راع  وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته 
Artinya : Tiap-tiap orang dari kalian adalah penggembala dan tiap-tiap daripada kalian adalah bertanggung jawab atas apa yang telah digembalakannya. Seorang imam (penguasa) adalah penggembala dan akan diminta tanggung ja­wabnya tentang penggembalaannya, orang laki-laki adalah penggembala di dalam rumah tangganya dan akan ditanya tentang penggembalaannya, orang pe­rempuan juga adalah penggembala di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang penggembalaan­nya, pembantu rumah tangga adalah juga penggemba­la mengenai harta milik majikannya dan akan ditanya tentang penggembalaannya..
Setiap anak diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali suatu potensi kekuatan pendorong alamiah yang dapat diarahkan ke arah yang baik atau ke arah yang buruk. Maka kewajiban kedua orang tualah memanfaatkan potensi dan kekuatan-kekuatan alamiah itu de­ngan menyalurkannya ke saluran yang baik, dengan mendidik anak-anak asuhannya sejak usia muda membiasakan diri dengan kelakuan dan adat-istiadat yang baik agar mereka bertumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup sekelilingnya.
Pemeliharaan diri dan keluarga dari api neraka sebagaimana ayat yang telah diuraikan terdahulu, adalah de­ngan jalan memberi pelajaran dan pendidikan yang baik, mem­biasakan mereka berkelakuan dan berakhlak tinggi serta menunjukkan kepada mereka jalan yang membawa manfaat dan keuntungan dunia dan akhirat bagi mereka. Bersabda Rasulullah saw. :

إِلْزَمُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْا أَدَبَهُمْ 

Artinya : "Janganlah biarkan anak-anakmu dan didik mereka yang baik".
Dalam hadits ini terdapat petunjuk bagaimana orangtua harus selalu mendampingi anak-anaknya agar bisa menga­wasi gerak-gerik dan tingkah laku mereka, sehingga jika terdapat penyelewengan dari jalan yang baik, segera dapat diperhati­kan dan dikembalikan ke jalan yang benar.
Islam tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Me­reka sama-sama mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dan pengajaran yang bermanfaat dan membekali dirinya dengan ilmu dan pengetahuan, sehingga memungkinkan mereka melak­sanakan tugas-tugas serta kewajiban-kewajiban yang dibebankan di atas pundaknya. Bersabda Rasulullah saw. :

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِبْنَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَرَبَّهَا فَأَحْسَنَ تَرْبِيَتَهَا وَغَذَاهَا فَأَحْسَنَ غِذَائَهَا كَانَتْ لَهُ وِقَايَةٌ مِنَ النَّارِ 

Artinya :
Barang siapa mempunyai anak perempuan lalu mendidiknya sebaik-baik pendidikan, memeliharanya se­baik-baik pemeliharaan dan mengasuhnya sebaik-baik asuhan, maka ia akan melindunginya dari neraka.

Yang menjadi tujuan pendidikan yang diarahkan kepada anak ialah menyiapkan, sang anak untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi pergaulan masyarakat sekelilingnya.
Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila seorang anak memperoleh pendidikan jasmani dan rohani yang sempurna, memperoleh be­kal ilmu dan pengetahuan yang cukup, disertai dengan akhlak yang luhur dan budi pekerti yang baik. Sehingga ia tumbuh de­ngan tubuh yang sehat, pikiran yang cerdas dan jiwa yang di­namis, dengan kata lain bahwa mereka tumbuh dan perkembang secara utuh baik pisik maupun psikisnya..
Pendidikan jasmani yang bertujuan membentuk manusia, yang kuat, sehat badaniah, kebal terhadap penyakit, kuasa menghadapi beban kehidupan dan kesukaran-kesukarannya, hendaklah dimulai dengan membiasakan anak agar : l. menjaga kebersihan badannya, pakaiannya dan tempat duduk serta tem­pat tidurnya, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan, 2. mengatur menu makannya dengan makanan yang le­zat, penuh vitamin dan gizi yang menjadi syarat utama bagi pertumbuhan tubuh sehat. Di samping itu porsinyapun harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak melebihi hajatnya sampai ke batas mubazzir, sebagaimana tuntunan Allah swt. dalam firmanNya QS 7 : 31 :

… وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَ تُسْرِفُوْا 

Terjemahnya :
… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih­-lebihan.

Berolah raga yang halal seperti lari, renang, memanah, bergu­lat, menunggang kuda, sepak-bola dan lain-lain jenis olah raga yang tidak membawa mudharat. Rasulullah saw. juga berolah raga lari dan bergulat dan dalam segala kesempatan menganjur­kan umatnya agar memanfaatkan segala daya dan sarana yang bisa mendatangkan kekuatan dan ketahanan bagi mereka.
Disamping pendidikan jasmani, intelek dan daya pikir anak hendaklah diasuh pula agar ia tumbuh dengan badan yang sehat dan otak yang cerdas. Karena manusia tidaklah hidup hanya dengan tubuhnya belaka sebagai hewan. Pendidikan intelektual ini dapat dilakukan oleh orangtua dengan jalan : Mengajar sang anak membaca dan menulis, sebagai kunci ilmu dan pe­ngetahuan. Allah swt. berfirman dalam QS 96 ; (1-5) :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ  الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ  عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  
Terjemahnya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Hendaklah anak dibiasakan merenungkan segala sesuatu yang didepannya dengan menggunakan otaknya untuk mem­pelajarinya, agar supaya mempertajam daya tangkapnya dan bertambah kecerdasannya.
Melancong dan mengadakan perjalanan pesiar di bumi Allah, juga  merupakan salah satu sarana bagi menambah pengetahuan dan memperluas pengalaman anak.
Dalam hal pendidikan rohani yang diarahkan kepada anak-anak dapat dilakukan de­ngan :
1. Menonjolkan nilai-nilai adab dan akhlak yang luhur serta pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan pergaulan ma­syarakat. Di samping itu hendaklah digambarkan kepada mereka betapa buruknya akibat yang ditimbulkan oleh dekadensi moral dan akhlak seseorang terhadap dirinya sendiri maupun bagi lingkungan hidupnya.
2. Hendaklah orang tua memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak asuhannya. Menjadi kebiasaan anak-anaknya me niru tingkah laku orang tuanya dan menerapkan apa yang me­reka lihat diperbuat oleh orang tua mereka ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Maka contoh yang baik dari orang tua ada­lah faktor yang sangat menentukan dalam kehidupan anak­anak. Anak yang selalu melihat ayah bundanya rajin melaksana­kan perintah-perintah agama dan menjauhi hal-hal yang tercela seperti dusta, fitnah, kikir dan sebagainya, niscaya akan terpengaruh dan berbekas dalam tingkah laku dan sikap hidup sang anak.

Dari keterangan tersebut dipahami bahwa orangtua dituntut mengajarkan perintah-perintah agama dan cara beribadah ke­pada anak-anak dan membiasakan mereka melakukan amal-amal kebajikan.
Para orangtua dituntut memperlakukan anak-anaknya de­ngan sikap lemah lembut dan cara kasih sayang. Karena Rasul­ullah saw. selalu mengajarkan kepada para sahabatnya agar memperlakukan anak-anak mereka dengan cara yang lunak dan sikap yang lemah lembut. Kepada para sahabat, Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau memperlakukan cucunya Al Hasan bin Ali yang pada suatu waktu tatkala Rasulullah bersujud naiklah ia di atas punggung beliau sehingga terpaksa be­liau memperpanjang waktu sujudnya. Ditanyalah beliau oleh salah seorang sahabat : "Ya Rasulullah, mengapa engkau mem­perpanjang waktu sujudmu ? Beliau menjawab : Karena anakku Alhasan naik di atas punggungku, maka aku enggan mengganggunya"
Seorang bertanya kepada Rasulullah dengan sikap keheran-­heranan ketika melihat beliau pada suatu waktu mencium salah seorang cucunya : "Ya Rasulullah, adakah menjadi kebiasaan kamu mencium anak-anakmu ? Aku tidak pernah mencium seorangpun daripada anak-anakku yang sepuluh orang itu". Ber­sabdalah Rasulullah saw. :
فقال رسول الله  صلى الله عليه وسلم أو أملك لك   أن نزع الله  الرحمة من قبلك رواه البخاري في الصحيح عن محمد بن يوسف الفريابي 
Artinya : "Apakah yang dapat aku perbuat, jika Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari lubuk hatimu ! ".
Suatu faktor penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dan para pendidik ialah soal pergaulan sang anak: Hendaklah sedapat mungkin diusahakan agar anak-anak tidak bergaul dan berkawan dengan anak-anak atau. orang-orang yang sudah rusak moralnya, tidak berbudi pekerti yang baik, tidak taat menjalan­kan hukum-hukum agama. Karena pengaruh pergaulan sehari-­hari adalah sangat besar terhadap jiwa, watak dan fikiran orang-­orang dewasa, apalagi para remaja dan anak-anak.
Dari uraian pada sub ini, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan yang diarahkan kepada anak adalah menyangkut pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikisnya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Lukmanul Hakim dalam firman Allah QS 31 : 13, 16-19 :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِير ٌ (16) يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17)  وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور ٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ 

Terjemahnya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Dengan demikian jelas bahwa orangtua, merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, baik pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan rohani, sehingga apabila seorang anak sejak dini diarahkan atau dibina dan dididik di lingkungan rumah tangganya, jelas mereka memiliki kesempurnaan pertumbuhan dan perkembangan pisik dan psikis, sehingga dengan sendirinya mereka senantiasa menjabarkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah swt. secara vertikal maupun terhadap sesama manusia secara horizontal.





Kamis, 29 Juni 2017

Hubungan Orang Tua dengan Guru dalam Peningkatan Prestasi Belajar

H. Mahmud Sapsal Barugae
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Tanggung jawab dalam Pendidikan, termasuk pendidikan agama Islam merupakan permasalahan yang penting dikaji secara cermat dalam upaya mencapai tujuan dari Pendidikan Islam tersebut. Tanggung Jawab dalam Pendidikan Islam memiliki kedudukan sentral dalam keseluruhan proses kegiatan pendidikan Islam dikarenakan fungsinya yang tidak dapat diabaikan begitu saja, bahkan memiliki kedudukan yang strategis dalam membentuk kepribadian diri anak didik sesuai dengan tuntutan dari tujuan yang ingin dicapai, disamping tanggung jawab itu sendiri merupakan tujuan dari Pendidikan Islam tersebut.
Perwujudan tanggung jawab dalam Pendidikan Islam bukanlah merupakan konsep yang baru, dan konsep tersebut merupakan konsep dasar yang kuat dalam penyelenggaraan Pendidikan Islam yang komprehensif guna menjamin hasil pendidikan Islam yang berkualitas. Tanggung jawab dalam Pendidikan Islam perwujudannya atas pendidikan keluarga, masyarakat dan pemerintahan merupakan suatu segi tiga emas yang bila ditata dengan secara baik dan tepat maka akan sangat besar nilainya dalam perwujudan demokratisasi penyelenggaraan pendidikan Islam.
Demokratisasi penyelenggaraan Pendidikan Islam dimaksudkan sebagai suatu proses pembagian tanggung jawab secara proporsional diantara tiga komponen utama yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Penyelenggaraan Pendidikan agama Islam secara komprehensif meliputi dua bentuk, yaitu Pendidikan Islam yang diselenggarakan di sekolah dan Pendidikan Islam yang diselenggarakan di luar sekolah.   Hal yang demikian sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab. VI, Pasal 13, ayat (1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.[1]
Bila disimak secara cermat, maka pendidikan Islam yang dilaksanakan secara formal merupakan bentuk/jenis pendidikan yang berlangsung untuk waktu yang relatif panjang, berjenjang dan masing-masing jenjang terdiri dari beberapa tingkat/kelas; dan pada akhirnya setiap jenjang diakhiri dengan suatu bukti penyelesaian pendidikan berupa ijazah.
Disisi lain Pendidikan Islam yang diselenggarakan diluar sekolah adalah sebagai bentuk/jenis pendidikan Islam yang berlangsung relatif, singkat, berisi kegiatan, latihan-latihan, keterampilan praktis yang berorientasi pada suatu jenis pekerjaan, dan biasanya diselesaikan dengan suatu tanda bukti berupa sertifikat, atau surat keterangan. Keadaan yang demikian tidak menutup adanya kemungkinan untuk dilakukan didalam sekolah sebagai suatu program komplementer bagi anak didik yang berminat. Sedang pendidikan dalam keluarga (diluar sekolah) adalah suatu bentuk jenis pendidikan yang berlangsung tanpa disadari atau disengaja oleh seseorang, namun turut menambah pengetahuan, membentuk sikap dan orientasi nilai dan segi-segi kepribadian lainnya. Dengan demikian secara menyeluruh tanggung jawab tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, dimaksudkan meliputi seluruh bentuk/jenis pendidikan. Wujud tanggung jawab tersebut secara konseptual haruslah proporsional dalam arti sesuai pembagian tugas dan fungsi utama yang melekat pada masing-masing komponen yang bertalian secara erat satu sama lain.
Lingkungan keluarga sebagai salah satu komponen pendidikan Islam merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dan dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam lingkungan keluarga.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai  peletak  dasar  bagi  pendidikan,  terutama  menyangkut masalah pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
Selanjutnya diketahui bahwa tidak semua tugas mendidik anak dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Namun orangtua tetap memantau prestasi belajar anaknya.
Prestasi belajar siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional anak
Dengan demikian, sebenarnya pendidikan yang diselenggarakan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Selain itu, kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi anak, yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.
Di lingkungan sekolah, melalui bimbingan dan asuhan guru-guru,  anak memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak-anak berada pada situasi dan kondisi pembelajaran terhadap berbagai macam pengetahuan dan keterampilan, yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat. Guru memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak.
Dari fenomena yang diuraikan tersebut, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan orangtua dengan guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa pada Madrasah Aliah Negeri 1 Pinrang”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan pada pembahasan terdahulu, peneliti dapat mengajukan suatu rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana hubungan orangtua siswa dengan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa Madrasah Aliah Negeri 1 Pinrang”
Bertolak dari permasalahan pokok tersebut, maka di bawah ini peneliti mengemukakan dua sub permasalahan yang akan dijadikan sebagai batasan masalah pembahasan selanjutnya, yaitu :
1.    Bagaimana hubungan orangtua dengan guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa pada MAN 1 Pinrang ?
2.    Bagaimana pengaruh hubungan orangtua dengan guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa ?
Dengan merujuk pada permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa penulis membatasi diri dalam pembahasan tentang hubungan orangtua dengan guru dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar siswa pada MAN 1 Pinrang, dan prospek peningkatan prestasi belajar siswa pada MAN 1 Pinrang tersebut.
 
C. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini adalah hubungan orangtua dengan guru dan prestasi belajar siswa pada Madrasah Aliah Negeri 1 Pinrang. Agar variable tersebut dapat diukur, peneliti menguraikan definisi operasionalnya, sebagai berikut :
1.  Hubungan orangtua dengan guru atau tenaga pengajar, adalah komunikasi timbal balik dan harmonis antara orangtua dengan guru di sekolah dalam hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan siswa/peserta didik, terutama menyangkut prestasi belajar siswa pada MAN 1 Pinrang.
2.  Prestasi belajar siswa, yaitu penilaian proses belajar dan hasil belajar melalui ulangan formatif, ulangan harian, ulangan umum semester dan ujian akhir.
Jadi makna yang tercakup dalam judul penelitian ini adalah komunikasi timbal balik, harmonis dan berdayaguna antara orangtua dengan guru atau tenaga pendidik dalam hal perkembangan siswa pada MAN 1 Pinrang terutama menyangkut hasil belajar atau prestasi belajar siswa, baik melalui penilaian formatif, sub sumatif, semester, maupun melalui ujian akhir.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Untuk membahas masalah tersebut, peneliti menguraikan secara terpisah dan terperinci antara tujuan penelitian dan kegunaannya, sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian.

a. Tujuan Umum
Tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hubungan orangtua siswa dengan guru atau tenaga pengajar dalam peningkatan prestasi belajar siswa di MAN 1 Pinrang.

b. Tujuan Khusus
 Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah :
1) Untuk memperoleh data dan mengkaji hubungan antara orang tua dengan guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa  pada MAN 1 Pinrang.
2) Untuk memperoleh gambaran prospek peningkatan dan perkembangan prestasi  siswa pada MAN 1 Pinrang.
3) Untuk memperoleh gambaran umum Madrasah Aliah Negeri 1 Pinrang.

2. Kegunaan penelitian.
Sedangkan kegunaan yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini, adalah :

a. Kegunaan ilmiah, yakni :
1)  Menambah referensi dalam pengembangan wahana ilmu pendidikan Islam,
2)  Memperkaya konsep berkualitas dengan pengembangan hubungan orangtua dengan guru



b. Kegunaan praktis, yakni :
1)  Sebagai masukan kepada para Orang tua/wali siswa, tentang pengaruh hubungan orang tua dengan guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
2) Sebagai bahan kajian dalam pembahasan masalah judul penelitian ini, dan
3)  Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat  terhadap praktisi pendidikan dan juga terhadap peneliti yang mengadakan penelitian pada variabel penelitian yang sama.









Rabu, 28 Juni 2017

Kontribusi Pendidikan Diniyah terhadap Pembinaan Akhlak

H. Mahmud Sapsal Barugae
BAB   I
PENDAHULUAN



A. Latarbelakang Masalah


Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa yaitu mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Pendidikan nasional harus mampu menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi kepada masa depan.
Sebagaimana dimaklumi bahwa era sekarang ini, perkembangan teknologi telah mencapai taraf sangat tinggi, hal ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan manusia yang semakin bertambah pesat, sehingga dengan kecanggihan teknologi tersebut, manusia dapat menggunakannya untuk kepentingan yang dirasa bermanpaat bagi kehidupan manusia, namun dapat juga digunakan untuk sesuatu yang dapat membawa kehancuran dan kemusnahan manusia. Tergantung saja pada manusianya di dalam memanpaatkan hasil karya tersebut.
Perkembangan dan kemajuan teknologi modern perlu dan   penting  dibarengi  dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt, bagi setiap orang, dengan melaksanakan aturan-aturan yang telah ditentukan melalui Rasul-Nya dengan bentuk ajaran Islam yang manifestasinya akan berwujud pembentukan akhlakul karimah yang terpuji. Mengingat bahwa hanya dengan jalan tersebut, pemanpaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dapat membawa keselamatan dan kesejahteraan serta kebahagiaan dalam kehidupan manusia.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, konsep mencerdaskan kehidupan bangsa harus dimaknai secara lebih luas, yakni (1) kecerdasan intelektual, (2) kecerdasan emosional dan (3) kecerdasan spritual.
Ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa telah dirumuskan dalam filsafat pendidikan nasional atau yang lebih dikenal dalam tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut perlu satu strategi yang dapat menyatu padukan antara kegiatan kurikuler dengan ekstrakurikuler. Artinya bahwa kegiatan ekstrakurikuler harus tetap berorientasi pada mata pelajaran. Hal ini perlu dilakukan karena salah satu fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Atau kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah kegiatan pembelajaran yang dialami oleh peserta didik melalui pengalaman di lapangan, yang berlangsung di luar jam pelajaran, mencakup semua kegiatan yang dapat menunjang dan mendukung kegiatan kurikuler.
Dalam Keputusan Dirjen Dikdasmen, dikemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah “Kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya”.
Oleh karena itu, pendidikan diniah sebagai salah satu muatan ekstrakurikuler SMP Negeri 1 Pinrang bertujuan untuk memberikan tambahan dan memperlancar baca tulis al-Quran serta memperdalam pengetahuan agama Islam kepada peserta didik di sekolah tersebut, agar memiliki sikap sebagai seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlakul karimah mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan beribadah, sikap terpuji dan kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan pendidikan diniah sebagai salah satu muatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Pinrang harus memberi kontribusi dan berdaya guna dalam menunjang kegiatan kurikuler atau kegiatan pembelajaran Pendidikan Islam secara klasikal, sehingga tercapai tujuan institusional yang diemban oleh sekolah tersebut.
Selain itu, sehubungan dengan visi Kabupaten Pinrang, yaitu “Terwujudnya pendidikan mandiri di Kabupaten Pinrang, didukung oleh peran serta masyarakat yang bernafaskan agama” maka misi yang diemban oleh masyarakat adalah berupaya melibatkan diri dengan program-program yang mengarah kepada perwujudan visi tersebut.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Kontribusi pendidikan diniah terhadap pembinaan akhlakul karimah siswa SMP Negeri 1 Pinrang”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah.
Bertitik tolak dari latarbelakang tersebut, penulis mengemukakan problematika yang dihadapkan pada judul penelitian ini, yaitu tentang pelaksanaan pendidikan diniah sebagai salah satu program ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Pinrang dan kontribusinya dalam pembinaan akhlakul karimah siswa.

2. Batasan Masalah.
Dengan merujuk pada masalah yang telah diuraikan di atas, jelas bahwa ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan diniah dalam pembinaan akhlakul karimah di SMP Negeri 1 Pinrang ?
b. Bagaimana kontribusi pendidikan diniah dalam pembinaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pinrang ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah:
a. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan diniyah dalam upaya pembinaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pinrang.
b. Untuk mendeskripsikan kontribusi pendidikan diniyah terhadap pembinaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pinrang.
2. Kegunaan penelitian.
a. Kegunaan ilmiah yang diharapkan diperoleh dari penelitian adalah dapat :
1) Menambah referensi dalam pengembangan ilmu pengkajian Islam,
2) Memperkaya konsep berkualitas dengan pengembangan pendidikan diniah.
b. Kegunaan praktis yang diharapkan diperoleh dari penelitian adalah sebagai :
1) Pemikiran dalam usaha peningkatan dan pembinaan akhlakul karimah bagi siswa SMP Negeri 1 Pinrang,
2) Informasi bagi orangtua siswa, mengenai pelaksanaan dan kontribusi diniah dalam pembinaan akhlakul karimah siswa di SMP Negeri 1 Pinrang.
3) Masukan terhadap para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam tentang kontribusi pendidikan diniah dalam pembinaan akhlakul karimah siswa.

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

1. Kontribusi pendidikan diniah
Kontribusi, berarti “sumbangan” Pendidikan berarti “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.”  Pendidikan diniah adalah nama system pendidikan agama Islam tambahan yang diterapkan pada siswa SMP Negeri 1 Pinrang yang bertujuan memberikan pendidikan tambahan dan memperdalam pengetahuan agama Islam kepada siswa agar memiliki sikap sebagai seorang muslim yang senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan berakhlak mulia, serta melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, pendidikan diniah yaitu pelajaran tambahan dalam hal pendalaman materi dasar pendidikan Islam, seperti baca tulis Al Quran, aqiedah, ibadah dan akhlak, sehingga kontribusinya.memberi sumbangan atau masukan dari usaha proses pembelajaran dasar-dasar pendidikan agama Islam, seperti baca tulis Al Quran, aqiedah, ibadah dan akhlak.
2. Pembinaan akhlakul karimah
Pembinaan berarti “tindakan yang dilakukan secara efisien  dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik” Akhlak berasal dari bahasa Arab, dengan kata dasar “الخلق أخلاق”, yang artinya tabiat, budi pekerti”.  Jadi secara etimologi akhlak adalah tabiat, watak, sikap, tingkah laku dan budi pekerti. Akhlakul karimah berarti sikap dan tingkah laku yang terpuji.
Dalam pengertian istilah, akhlak adalah :
Kelakuan atau muamalah, kelakuan ialah gambaran dan bukti adanya akhlak, maka bila kita melihat memberi dengan tetap di dalam keadaan yang serupa, menunjukkan kepada kita adanya akhlak dermawan di dalam jiwanya. Adapun perbuatan yang terjadi satu atau dua kali, tidak menunjukkan akhlak.

Al Gazali dalam Mauidzatul Mukminin, mengemukakan bahwa akhlak adalah :
… bentuk dari suatu jiwa yang benar-benar telah meresap dan dari situlah timbulnya berbagai perbuatan dengan secara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa membutuhkan pemikiran atau angan-angan

Dengan demikian, pembinaan akhlakul karimah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk membiasakan peserta didik untuk mengimplementasikan sikap mental yang terpuji, baik dalam bentuk ucapan, tindakan maupun dalam berpikir.
Dengan demikian, pengertian yang tercakup dalam judul penelitian ini adalah masukan dari usaha mengarahkan peserta didik pada pembelajaran baca tulis al Quran, ibadah, akhlak, keimanan dan aqiedah terhadap pengembangan akhlak terpuji.
Berdasarkan pengertian judul di atas, operasionalisasi judul di lapangan adalah :
a.  Pendidikan diniah yaitu pembelajaran klasikal yang khusus membelajarkan peserta didik tentang materi dasar pendidikan agama Islam, seperti baca tulis al Quran, ibadah, akhlak dan sebagainya. 
b. Akhlakul karimah yaitu sikap terpuji yang diaplikasikan dalam kehidupan, baik dalam beribadah maupun dalam bermuamalah.




Pendidikan Ekstrakurikuler

Pendidikan Ekstrakurikuler a. Pengertian pendidikan ekstrakurikuler Pendidikan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan d...