Pendidikan adalah "usaha sadar yang dilakukan oleh
orang dewasa untuk memimpin dan membimbing siterdidik sehingga terwujud
kepribadiannya yang utama" , dalam arti memiliki sikap mental yang terpuji dan dapat dijabarkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan maupun
dalam bentuk perkataan atau ucapan. Jadi pendidik adalah orang dewasa fisik dan
psikisnya yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan mendidik,
dalam hal ini adalah kedua orang tua dan para guru.
Orang tua adalah ayah dan ibu yang diserahi amanah oleh Allah swt, untuk memimpin dan membimbing
pertumbuhan dan perkembangan
anak-anaknya sehingga memiliki akhlak yang baik atau terhindar dari dekadensi
moral. Untuk itulah Allah swt, menghimbau kepada para orang tua yang beriman,
dengan firmanNYA yang berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ
غِلاًظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan dalam sub
ini, penulis akan menguraikan eksistensi orang tua sebagai pendidik pertama dan
utama bagi anak.
a.
Orang tua sebagai pendidik
pertama.
Sebagai subyek pendidikan, kedua orang tua disebut guru
pertama bagi anak, karena segala sikap dan tingkah laku serta perbuatan bahkan
ucapannya menjadi teladan. Untuk itulah kedua orang tua (ayah dan ibu)
hendaknya menciptakan suasana yang penuh keakraban dan kasih sayang senantiasa
melaksanakan seluruh ajaran agama Islam sebagai teladan dan percontohan bagi
anak-anaknya, mengingat bahwa watak anak-anak tersebut cenderung meniru
perbuatan orang lain terutama orang tuanya. Jadi dengan sikap dan tingkah laku serta ucapan
orang tua yang mempunyai nilai ibadah dan nilai pedagogik, maka ia disebut
pendidik pertama. Untuk itulah Nabi Muhammad saw, bersabda dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, yang berbunyi :
مَا مِنْ مَوْ
لُوْدٍ إِلاَّ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَ بَوَاهُ يُهَوِّ دَا نِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَا نِهِ . . .
Artinya : Tidaklah
anak itu dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka ke dua orang tuanyalah yang
menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani, maupun Majuzi . . .
b. Orang tua sebagai pendidik utama.
Sejak manusia terlahir dari perut ibunya, kedua orang
tua senantiasa mengarahkan perhatian guna memelihara, mengawasi pertumbuhan
jasmani dan perkembangan jiwa anak, terutama oleh ibu
yang sejak awal membesarkan anak
dengan air susunya serta memupuk dengan kasih sayangnya. Oleh karena itulah
Nabi Muhammad saw, bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari
Anas RA, yang berbunyi :
الْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْداَمِ اْلاُمَّهَاتِ
Artinya : Syurga itu terletak di bawah
telapak kaki ibu.
Maksud dari hadits Nabi Muhammad saw, tersebut adalah
pemeliharaan dan penyusuan selama dua tahun "merupakan pemenuhan kebutuhan
kasih sayang oleh ibu kepada anaknya" yang sangat
berpengaruh dan menentukan pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak. Dengan
demikian kemandirian jasmani dan rohani atau watak kepribadian seorang anak
adalah dibentuk oleh kaum ibu, olehnya itu pula ibu disebut sebagai pendidik
utama. Dengan demikian, jelas bahwa kedua orang tua terutama ibu, merupakan
pendidik pertama dan utama bagi seorang anak.
Lebih jauh peneliti menguraikan secara
global tentang kewajiban orangtua terhadap anak. Sebagaimana diketahui bahwa anak-anak adalah barang amanat yang diletakkan olel
Allah di tangan orang-orangtuanya. Mereka bertanggung jawak terhadap anak-anak
itu dihadapan Allah.. Jika amanat itu dipelihara dengan baik dengan memberi
pendidikan yang baik bagi anak-anak asuhannya, maka pahalalah yang akan
diperolehnya, tetapi sebaliknya jika mereka menterlantarkan amanat itu sehingga
menyebabkan anak-anak asuhannya tidak
terurus pendidikannya dan pengajarannya maka berdosalah orang-orang tua itu
sebagai pemegang amanat Tuhan.
Berkata Ibnu Umar
RA. : Aku telah mendengar Rasulullah saw, bersabda:
عن بن عمر عن النبي صلى الله عليه
وسلم أنه قال ثم ألا كلكم راع
وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته
والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي
مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن
رعيته
Artinya :
Tiap-tiap orang dari kalian adalah penggembala dan tiap-tiap daripada kalian
adalah bertanggung jawab atas apa yang telah digembalakannya. Seorang imam
(penguasa) adalah penggembala dan akan diminta tanggung jawabnya tentang
penggembalaannya, orang laki-laki adalah penggembala di dalam rumah tangganya
dan akan ditanya tentang penggembalaannya, orang perempuan juga adalah
penggembala di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang penggembalaannya,
pembantu rumah tangga adalah juga penggembala mengenai harta milik majikannya
dan akan ditanya tentang penggembalaannya..
Setiap anak diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali
suatu potensi kekuatan pendorong alamiah yang dapat diarahkan ke arah yang baik
atau ke arah yang buruk. Maka kewajiban kedua orang tualah memanfaatkan potensi
dan kekuatan-kekuatan alamiah itu dengan menyalurkannya ke saluran yang baik,
dengan mendidik anak-anak asuhannya sejak usia muda membiasakan diri dengan
kelakuan dan adat-istiadat yang baik agar mereka bertumbuh dan berkembang
menjadi manusia-manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup
sekelilingnya.
Pemeliharaan diri dan keluarga dari api neraka
sebagaimana ayat yang telah diuraikan terdahulu, adalah dengan jalan memberi
pelajaran dan pendidikan yang baik, membiasakan mereka berkelakuan dan
berakhlak tinggi serta menunjukkan kepada mereka jalan yang membawa manfaat dan
keuntungan dunia dan akhirat bagi mereka. Bersabda Rasulullah saw. :
إِلْزَمُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْا أَدَبَهُمْ
Artinya : "Janganlah biarkan anak-anakmu dan
didik mereka yang baik".
Dalam hadits ini terdapat petunjuk bagaimana orangtua
harus selalu mendampingi anak-anaknya agar bisa mengawasi gerak-gerik dan
tingkah laku mereka, sehingga jika terdapat penyelewengan dari jalan yang baik,
segera dapat diperhatikan dan dikembalikan ke jalan yang benar.
Islam tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan
anak perempuan dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Mereka sama-sama
mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dan pengajaran yang bermanfaat dan
membekali dirinya dengan ilmu dan pengetahuan, sehingga memungkinkan mereka
melaksanakan tugas-tugas serta kewajiban-kewajiban yang dibebankan di atas
pundaknya. Bersabda Rasulullah saw. :
مَنْ كَانَتْ لَهُ إِبْنَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَرَبَّهَا فَأَحْسَنَ تَرْبِيَتَهَا وَغَذَاهَا فَأَحْسَنَ غِذَائَهَا كَانَتْ لَهُ وِقَايَةٌ مِنَ النَّارِ
Artinya :
Barang
siapa mempunyai anak perempuan lalu mendidiknya sebaik-baik pendidikan,
memeliharanya sebaik-baik pemeliharaan dan mengasuhnya sebaik-baik asuhan,
maka ia akan melindunginya dari neraka.
Yang menjadi tujuan pendidikan yang diarahkan kepada
anak ialah menyiapkan, sang anak untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna
dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi pergaulan masyarakat
sekelilingnya.
Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila seorang anak
memperoleh pendidikan jasmani dan rohani yang sempurna, memperoleh bekal ilmu
dan pengetahuan yang cukup, disertai dengan akhlak yang luhur dan budi pekerti
yang baik. Sehingga ia tumbuh dengan tubuh yang sehat, pikiran yang cerdas dan
jiwa yang dinamis, dengan kata lain bahwa mereka tumbuh dan perkembang secara
utuh baik pisik maupun psikisnya..
Pendidikan jasmani yang bertujuan membentuk manusia,
yang kuat, sehat badaniah, kebal terhadap penyakit, kuasa menghadapi beban
kehidupan dan kesukaran-kesukarannya, hendaklah dimulai dengan membiasakan anak
agar : l. menjaga kebersihan badannya, pakaiannya dan tempat duduk serta tempat
tidurnya, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan, 2. mengatur menu makannya
dengan makanan yang lezat, penuh vitamin dan gizi yang menjadi syarat utama
bagi pertumbuhan tubuh sehat. Di samping itu porsinyapun harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak melebihi hajatnya sampai ke batas mubazzir,
sebagaimana tuntunan Allah swt. dalam
firmanNya QS 7 : 31 :
… وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَ تُسْرِفُوْا
Terjemahnya :
…
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Berolah raga yang halal seperti lari, renang, memanah,
bergulat, menunggang kuda, sepak-bola dan lain-lain jenis olah raga yang tidak
membawa mudharat. Rasulullah saw. juga berolah raga lari dan bergulat dan dalam
segala kesempatan menganjurkan umatnya agar memanfaatkan segala daya dan
sarana yang bisa mendatangkan kekuatan dan ketahanan bagi mereka.
Disamping pendidikan jasmani, intelek dan daya pikir
anak hendaklah diasuh pula agar ia tumbuh dengan badan yang sehat dan otak yang
cerdas. Karena manusia tidaklah hidup hanya dengan tubuhnya belaka sebagai
hewan. Pendidikan intelektual ini dapat dilakukan oleh orangtua dengan jalan :
Mengajar sang anak membaca dan menulis, sebagai kunci ilmu dan pengetahuan.
Allah swt. berfirman dalam QS 96 ; (1-5) :
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ
مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Terjemahnya :
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Hendaklah anak dibiasakan merenungkan segala sesuatu
yang didepannya dengan menggunakan otaknya untuk mempelajarinya, agar supaya
mempertajam daya tangkapnya dan bertambah kecerdasannya.
Melancong dan
mengadakan perjalanan pesiar di bumi Allah, juga merupakan salah satu sarana bagi menambah
pengetahuan dan memperluas pengalaman anak.
Dalam hal pendidikan rohani yang diarahkan kepada
anak-anak dapat dilakukan dengan :
1. Menonjolkan nilai-nilai
adab dan akhlak yang luhur serta pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan
pergaulan masyarakat. Di samping itu hendaklah digambarkan kepada mereka
betapa buruknya akibat yang ditimbulkan oleh dekadensi moral dan akhlak
seseorang terhadap dirinya sendiri maupun bagi lingkungan hidupnya.
2.
Hendaklah orang tua memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak
asuhannya. Menjadi kebiasaan anak-anaknya me niru tingkah laku orang tuanya dan
menerapkan apa yang mereka lihat diperbuat oleh orang tua mereka ke dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Maka contoh yang baik dari orang tua adalah
faktor yang sangat menentukan dalam kehidupan anakanak. Anak yang selalu
melihat ayah bundanya rajin melaksanakan perintah-perintah agama dan menjauhi
hal-hal yang tercela seperti dusta, fitnah, kikir dan sebagainya, niscaya akan
terpengaruh dan berbekas dalam tingkah
laku dan sikap hidup sang anak.
Dari keterangan
tersebut dipahami bahwa orangtua dituntut mengajarkan perintah-perintah agama
dan cara beribadah kepada anak-anak dan membiasakan mereka melakukan amal-amal
kebajikan.
Para
orangtua dituntut memperlakukan anak-anaknya dengan sikap lemah lembut dan
cara kasih sayang. Karena Rasulullah saw. selalu mengajarkan kepada para
sahabatnya agar memperlakukan anak-anak mereka dengan cara yang lunak dan sikap
yang lemah lembut. Kepada para sahabat, Rasulullah memberi contoh bagaimana
beliau memperlakukan cucunya Al Hasan bin Ali yang pada suatu waktu tatkala
Rasulullah bersujud naiklah ia di atas punggung beliau sehingga terpaksa beliau
memperpanjang waktu sujudnya. Ditanyalah beliau oleh salah seorang sahabat :
"Ya Rasulullah, mengapa engkau memperpanjang waktu sujudmu ?
Beliau menjawab : Karena anakku Alhasan naik di atas punggungku, maka aku
enggan mengganggunya"
Seorang bertanya
kepada Rasulullah dengan sikap keheran-heranan ketika melihat beliau pada
suatu waktu mencium salah seorang cucunya : "Ya Rasulullah, adakah menjadi
kebiasaan kamu mencium anak-anakmu ? Aku tidak pernah mencium seorangpun
daripada anak-anakku yang sepuluh orang itu". Bersabdalah Rasulullah saw.
:
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أو أملك لك أن نزع الله
الرحمة من قبلك رواه البخاري في الصحيح عن محمد بن يوسف الفريابي
Artinya : "Apakah yang dapat aku
perbuat, jika Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari lubuk hatimu !
".
Suatu
faktor penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dan para pendidik ialah
soal pergaulan sang anak: Hendaklah sedapat mungkin diusahakan agar anak-anak
tidak bergaul dan berkawan dengan anak-anak atau. orang-orang yang
sudah rusak moralnya, tidak berbudi pekerti yang baik, tidak taat menjalankan
hukum-hukum agama. Karena pengaruh pergaulan sehari-hari adalah sangat besar
terhadap jiwa, watak dan fikiran orang-orang dewasa, apalagi para remaja dan
anak-anak.
Dari
uraian pada sub ini, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan yang diarahkan
kepada anak adalah menyangkut pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikisnya,
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Lukmanul Hakim dalam firman Allah QS 31
: 13, 16-19 :
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ
فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا
اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِير ٌ (16) يَابُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلاَةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ
فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور ٍ (18) وَاقْصِدْ فِي
مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ
الْحَمِيرِ
Terjemahnya :
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya
Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Dengan demikian jelas bahwa orangtua, merupakan
pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, baik pendidikan yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan rohani, sehingga apabila seorang anak sejak dini
diarahkan atau dibina dan dididik di lingkungan rumah tangganya, jelas mereka
memiliki kesempurnaan pertumbuhan dan perkembangan pisik dan psikis, sehingga
dengan sendirinya mereka senantiasa menjabarkan akhlak yang terpuji baik
terhadap Allah swt. secara vertikal maupun terhadap sesama manusia secara
horizontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar