Jumat, 30 Juni 2017

Orangtua sebagai Pendidik Pertama dan Utama

H. Mahmud Sapsal Barugae
Pendidikan adalah "usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memimpin dan membimbing siterdidik sehingga terwujud kepribadiannya yang utama"  , dalam arti memiliki sikap mental yang terpuji dan dapat dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan maupun dalam bentuk perkataan atau ucapan. Jadi pendidik adalah orang dewasa fisik dan psikisnya yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan mendidik, dalam hal ini adalah kedua orang tua dan para guru.
Orang tua adalah ayah dan ibu yang diserahi amanah  oleh Allah swt, untuk memimpin dan membimbing pertumbuhan dan  perkembangan anak-anaknya sehingga memiliki akhlak yang baik atau terhindar dari dekadensi moral. Untuk itulah Allah swt, menghimbau kepada para orang tua yang beriman, dengan firmanNYA yang  berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاًظٌ شِدَادٌ    لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ  
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan dalam sub ini, penulis akan menguraikan eksistensi orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak.
a.       Orang tua sebagai pendidik pertama.
Sebagai subyek pendidikan, kedua orang tua disebut guru pertama bagi anak, karena segala sikap dan tingkah laku serta perbuatan bahkan ucapannya menjadi teladan. Untuk itulah kedua orang tua (ayah dan ibu) hendaknya menciptakan suasana yang penuh keakraban dan kasih sayang senantiasa melaksanakan seluruh ajaran agama Islam sebagai teladan dan percontohan bagi anak-anaknya, mengingat bahwa watak anak-anak tersebut cenderung meniru perbuatan orang lain terutama orang tuanya. Jadi   dengan sikap dan tingkah laku serta ucapan orang tua yang mempunyai nilai ibadah dan nilai pedagogik, maka ia disebut pendidik pertama. Untuk itulah Nabi Muhammad saw, bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, yang berbunyi :
مَا مِنْ مَوْ لُوْدٍ إِلاَّ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَ بَوَاهُ يُهَوِّ دَا نِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَا نِهِ . . . 
Artinya : Tidaklah anak itu dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka ke dua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani, maupun Majuzi . . .
b. Orang tua sebagai pendidik utama.
Sejak manusia terlahir dari perut ibunya, kedua orang tua senantiasa mengarahkan perhatian guna memelihara, mengawasi pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak, terutama oleh  ibu  yang  sejak awal membesarkan anak dengan air susunya serta memupuk dengan kasih sayangnya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad saw, bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Anas RA, yang berbunyi :

الْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْداَمِ اْلاُمَّهَاتِ 

Artinya : Syurga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.
Maksud dari hadits Nabi Muhammad saw, tersebut adalah pemeliharaan dan penyusuan selama dua tahun "merupakan pemenuhan kebutuhan kasih sayang oleh ibu kepada anaknya"  yang sangat berpengaruh dan menentukan pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak. Dengan demikian kemandirian jasmani dan rohani atau watak kepribadian seorang anak adalah dibentuk oleh kaum ibu, olehnya itu pula ibu disebut sebagai pendidik utama. Dengan demikian, jelas bahwa kedua orang tua terutama ibu, merupakan pendidik pertama dan utama bagi seorang anak.
Lebih jauh peneliti menguraikan secara global tentang kewajiban orangtua terhadap anak. Sebagaimana diketahui bahwa anak-anak adalah barang amanat yang diletakkan olel Allah di tangan orang-orangtuanya. Mereka bertanggung jawak terhadap anak-anak itu dihadapan Allah.. Jika amanat itu dipelihara dengan baik dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak-anak asuhannya, maka pahalalah yang akan diperolehnya, tetapi sebaliknya jika mereka menterlantarkan amanat itu se­hingga menyebabkan anak-anak  asuhannya tidak terurus pendidikannya dan pengajarannya maka berdosalah orang-orang tua itu sebagai pemegang amanat Tuhan.
Berkata Ibnu Umar RA. : Aku telah mendengar Rasulullah saw, bersabda:
عن بن عمر عن النبي  صلى الله عليه وسلم  أنه قال ثم ألا   كلكم راع  وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته 
Artinya : Tiap-tiap orang dari kalian adalah penggembala dan tiap-tiap daripada kalian adalah bertanggung jawab atas apa yang telah digembalakannya. Seorang imam (penguasa) adalah penggembala dan akan diminta tanggung ja­wabnya tentang penggembalaannya, orang laki-laki adalah penggembala di dalam rumah tangganya dan akan ditanya tentang penggembalaannya, orang pe­rempuan juga adalah penggembala di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang penggembalaan­nya, pembantu rumah tangga adalah juga penggemba­la mengenai harta milik majikannya dan akan ditanya tentang penggembalaannya..
Setiap anak diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali suatu potensi kekuatan pendorong alamiah yang dapat diarahkan ke arah yang baik atau ke arah yang buruk. Maka kewajiban kedua orang tualah memanfaatkan potensi dan kekuatan-kekuatan alamiah itu de­ngan menyalurkannya ke saluran yang baik, dengan mendidik anak-anak asuhannya sejak usia muda membiasakan diri dengan kelakuan dan adat-istiadat yang baik agar mereka bertumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup sekelilingnya.
Pemeliharaan diri dan keluarga dari api neraka sebagaimana ayat yang telah diuraikan terdahulu, adalah de­ngan jalan memberi pelajaran dan pendidikan yang baik, mem­biasakan mereka berkelakuan dan berakhlak tinggi serta menunjukkan kepada mereka jalan yang membawa manfaat dan keuntungan dunia dan akhirat bagi mereka. Bersabda Rasulullah saw. :

إِلْزَمُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْا أَدَبَهُمْ 

Artinya : "Janganlah biarkan anak-anakmu dan didik mereka yang baik".
Dalam hadits ini terdapat petunjuk bagaimana orangtua harus selalu mendampingi anak-anaknya agar bisa menga­wasi gerak-gerik dan tingkah laku mereka, sehingga jika terdapat penyelewengan dari jalan yang baik, segera dapat diperhati­kan dan dikembalikan ke jalan yang benar.
Islam tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Me­reka sama-sama mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dan pengajaran yang bermanfaat dan membekali dirinya dengan ilmu dan pengetahuan, sehingga memungkinkan mereka melak­sanakan tugas-tugas serta kewajiban-kewajiban yang dibebankan di atas pundaknya. Bersabda Rasulullah saw. :

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِبْنَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَرَبَّهَا فَأَحْسَنَ تَرْبِيَتَهَا وَغَذَاهَا فَأَحْسَنَ غِذَائَهَا كَانَتْ لَهُ وِقَايَةٌ مِنَ النَّارِ 

Artinya :
Barang siapa mempunyai anak perempuan lalu mendidiknya sebaik-baik pendidikan, memeliharanya se­baik-baik pemeliharaan dan mengasuhnya sebaik-baik asuhan, maka ia akan melindunginya dari neraka.

Yang menjadi tujuan pendidikan yang diarahkan kepada anak ialah menyiapkan, sang anak untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi pergaulan masyarakat sekelilingnya.
Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila seorang anak memperoleh pendidikan jasmani dan rohani yang sempurna, memperoleh be­kal ilmu dan pengetahuan yang cukup, disertai dengan akhlak yang luhur dan budi pekerti yang baik. Sehingga ia tumbuh de­ngan tubuh yang sehat, pikiran yang cerdas dan jiwa yang di­namis, dengan kata lain bahwa mereka tumbuh dan perkembang secara utuh baik pisik maupun psikisnya..
Pendidikan jasmani yang bertujuan membentuk manusia, yang kuat, sehat badaniah, kebal terhadap penyakit, kuasa menghadapi beban kehidupan dan kesukaran-kesukarannya, hendaklah dimulai dengan membiasakan anak agar : l. menjaga kebersihan badannya, pakaiannya dan tempat duduk serta tem­pat tidurnya, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan, 2. mengatur menu makannya dengan makanan yang le­zat, penuh vitamin dan gizi yang menjadi syarat utama bagi pertumbuhan tubuh sehat. Di samping itu porsinyapun harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak melebihi hajatnya sampai ke batas mubazzir, sebagaimana tuntunan Allah swt. dalam firmanNya QS 7 : 31 :

… وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَ تُسْرِفُوْا 

Terjemahnya :
… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih­-lebihan.

Berolah raga yang halal seperti lari, renang, memanah, bergu­lat, menunggang kuda, sepak-bola dan lain-lain jenis olah raga yang tidak membawa mudharat. Rasulullah saw. juga berolah raga lari dan bergulat dan dalam segala kesempatan menganjur­kan umatnya agar memanfaatkan segala daya dan sarana yang bisa mendatangkan kekuatan dan ketahanan bagi mereka.
Disamping pendidikan jasmani, intelek dan daya pikir anak hendaklah diasuh pula agar ia tumbuh dengan badan yang sehat dan otak yang cerdas. Karena manusia tidaklah hidup hanya dengan tubuhnya belaka sebagai hewan. Pendidikan intelektual ini dapat dilakukan oleh orangtua dengan jalan : Mengajar sang anak membaca dan menulis, sebagai kunci ilmu dan pe­ngetahuan. Allah swt. berfirman dalam QS 96 ; (1-5) :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ  الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ  عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  
Terjemahnya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Hendaklah anak dibiasakan merenungkan segala sesuatu yang didepannya dengan menggunakan otaknya untuk mem­pelajarinya, agar supaya mempertajam daya tangkapnya dan bertambah kecerdasannya.
Melancong dan mengadakan perjalanan pesiar di bumi Allah, juga  merupakan salah satu sarana bagi menambah pengetahuan dan memperluas pengalaman anak.
Dalam hal pendidikan rohani yang diarahkan kepada anak-anak dapat dilakukan de­ngan :
1. Menonjolkan nilai-nilai adab dan akhlak yang luhur serta pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan pergaulan ma­syarakat. Di samping itu hendaklah digambarkan kepada mereka betapa buruknya akibat yang ditimbulkan oleh dekadensi moral dan akhlak seseorang terhadap dirinya sendiri maupun bagi lingkungan hidupnya.
2. Hendaklah orang tua memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak asuhannya. Menjadi kebiasaan anak-anaknya me niru tingkah laku orang tuanya dan menerapkan apa yang me­reka lihat diperbuat oleh orang tua mereka ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Maka contoh yang baik dari orang tua ada­lah faktor yang sangat menentukan dalam kehidupan anak­anak. Anak yang selalu melihat ayah bundanya rajin melaksana­kan perintah-perintah agama dan menjauhi hal-hal yang tercela seperti dusta, fitnah, kikir dan sebagainya, niscaya akan terpengaruh dan berbekas dalam tingkah laku dan sikap hidup sang anak.

Dari keterangan tersebut dipahami bahwa orangtua dituntut mengajarkan perintah-perintah agama dan cara beribadah ke­pada anak-anak dan membiasakan mereka melakukan amal-amal kebajikan.
Para orangtua dituntut memperlakukan anak-anaknya de­ngan sikap lemah lembut dan cara kasih sayang. Karena Rasul­ullah saw. selalu mengajarkan kepada para sahabatnya agar memperlakukan anak-anak mereka dengan cara yang lunak dan sikap yang lemah lembut. Kepada para sahabat, Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau memperlakukan cucunya Al Hasan bin Ali yang pada suatu waktu tatkala Rasulullah bersujud naiklah ia di atas punggung beliau sehingga terpaksa be­liau memperpanjang waktu sujudnya. Ditanyalah beliau oleh salah seorang sahabat : "Ya Rasulullah, mengapa engkau mem­perpanjang waktu sujudmu ? Beliau menjawab : Karena anakku Alhasan naik di atas punggungku, maka aku enggan mengganggunya"
Seorang bertanya kepada Rasulullah dengan sikap keheran-­heranan ketika melihat beliau pada suatu waktu mencium salah seorang cucunya : "Ya Rasulullah, adakah menjadi kebiasaan kamu mencium anak-anakmu ? Aku tidak pernah mencium seorangpun daripada anak-anakku yang sepuluh orang itu". Ber­sabdalah Rasulullah saw. :
فقال رسول الله  صلى الله عليه وسلم أو أملك لك   أن نزع الله  الرحمة من قبلك رواه البخاري في الصحيح عن محمد بن يوسف الفريابي 
Artinya : "Apakah yang dapat aku perbuat, jika Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari lubuk hatimu ! ".
Suatu faktor penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dan para pendidik ialah soal pergaulan sang anak: Hendaklah sedapat mungkin diusahakan agar anak-anak tidak bergaul dan berkawan dengan anak-anak atau. orang-orang yang sudah rusak moralnya, tidak berbudi pekerti yang baik, tidak taat menjalan­kan hukum-hukum agama. Karena pengaruh pergaulan sehari-­hari adalah sangat besar terhadap jiwa, watak dan fikiran orang-­orang dewasa, apalagi para remaja dan anak-anak.
Dari uraian pada sub ini, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan yang diarahkan kepada anak adalah menyangkut pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikisnya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Lukmanul Hakim dalam firman Allah QS 31 : 13, 16-19 :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِير ٌ (16) يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17)  وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور ٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ 

Terjemahnya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Dengan demikian jelas bahwa orangtua, merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, baik pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan rohani, sehingga apabila seorang anak sejak dini diarahkan atau dibina dan dididik di lingkungan rumah tangganya, jelas mereka memiliki kesempurnaan pertumbuhan dan perkembangan pisik dan psikis, sehingga dengan sendirinya mereka senantiasa menjabarkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah swt. secara vertikal maupun terhadap sesama manusia secara horizontal.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Ekstrakurikuler

Pendidikan Ekstrakurikuler a. Pengertian pendidikan ekstrakurikuler Pendidikan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan d...