Ajaran Islam
dan Pengamalannya
a. Pengertian Ajaran Islam
Sebagaimana diketahui bahwa
ajaran berasal dari suku kata "ajar", yaitu sesuatu yang diusahakan
untuk diketahui oleh orang lain. Jadi ajar merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang dapat
"mempengaruhi perkembangan seseorang", secara psikologis, faktor ajar
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan
pertumbuhan jiwa manusia. Untuk dikemukakan oleh Wilhelm Stern, bahwa
perkembangan anak/manusia itu tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya saja,
dan juga bukan hanya ditentukan oleh
lingkungan atau faktor
ajar saja, melainkan
“Perkembangan pribadi manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor
pembawaan dan lingkungan, faktor dalam dan luar/ajar”
Pengertian ajaran
adalah sesuatu yang diusahakan untuk diketahui oleh orang lain. Untuk itu, Amir Daien, mengatakan bahwa ajaran dalam
arti mengajar, adalah “. . . menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan
ataupun keterampilan dan sebagainya
kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu...”
Berdasarkan keterangan tersebut,
jelas dapat dipahami bahwa ajaran
adalah sesuatu atau
barang yang diusahakan untuk
diketahui, dihayati dan diamalkan.
Adapun pengertian Islam, secara etimologi berasal dari kata salima
yang berarti selamat, Maksudnya ialah
bahwa ajaran Islam secara keseluruhan, baik itu berupa perintah yang harus
dikerjakan maupun larangan yang harus dihindari, tujuan dan maksudnya supaya
manusia mencapai keselamatan dunia maupun akhirat. Dari kata salima dibentuk
kata aslama yang berarti menyerah diri, tunduk, patuh dan taat, maksudnya bahwa
pokok ajaran Islam itu adalah berdasar pada penyerahan diri kepada Allah swt,
dikerjakan perintah-perintah-Nya dan dihindari larangan-larangan-Nya, karena rasa tunduk, patuh dan taat
kepada Allah swt,.
Hasbi as Shiddieqy, mengemukakan arti Islam, yaitu “. . . menyerahkan diri
kepada Allah dalam segala rupa urusan dan menerima ketetapan Allah dengan ridha
dan sabar”
Dengan demikian agama Islam adalah syariat penutup yang mengajarkan kepada
seluruh manusia untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Allah swt, sebagai
Khalik, dan senantiasa menghubungkan diri dengan sesama manusia/makhluk,
sehingga terwujud keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak.
Berdasarkan dari
gambaran yang diuraikan terdahulu, dapat dipahami makna ajaran agama Islam,
yaitu peraturan atau undang-undang
yang ditetapkan oleh
Allah swt, untuk disampaikan kepada manusia melalui
Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad saw, meliputi masalah yang menghubungkan
manusia dengan Allah swt, (حبل من الله), dan hubungan manusia dengan sesama manusia (حبل من النا س), sehingga manusia dapat memperoleh kebahagiaan,
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
b. Aspek-aspek Ajaran Islam
Sebagaimana diketahui bahwa dikala manusia telah memeluk berbagai macam
dasar kepercayaan, menganut aneka rupa paham, sehingga terjadi perpecahan,
saling bermusuhan, maka Allah swt, yang Maha mengetahui akan kemaslahatan para
hambaNya, menurunkan perintah kepada hamba/manusia melalui Rasul-Nya yang terakhir, yaitu
Nabi Muhammad saw,. Perintah Allah swt, tersebut adalah “memerintahkan supaya
para hambaNya memeluk agama Islam dan menghabiskan seluruh hajatnya dengan
meyakini dan mematuhi ajaran agama yang sempurna itu”
Perintah Allah swt, bertujuan supaya manusia memperoleh
keselamatan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Artinya, bahwa setiap
perintah Allah swt., adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
Dengan
demikian, jelas bahwa Allah swt, memerintahkan kepada
segenap hamba-Nya supaya
mereka memeluk agama Islam hingga akhir hidupnya. Untuk lebih mengarah kepada
topik pembahasan, peneliti akan menguraikan aspek-aspek ajaran Islam yang
secara garis besarnya dapat dibagi dua, yaitu menyangkut masalah aqidah, dan
masalah akhlak.
Aqidah, yaitu Iman akan Allah swt, Iman akan MalaikatNya, Iman akan
kitabkitabNya, Iman akan rasulrasulNya, Iman akan Qadan dan Iman akan hari
kesudahan.
Akhlak, yaitu mencintai Allah swt, mencintai dan membenci sesuati karena
Allah swt, mencintai rasul dan mengikuti sunnahnya, Ikhlash dalam beramal,
bertaubat, taqwa, mengharapkan Allah, bersykur, menepati janji, sabar, rendah
hati, kasih sayang, bertawakkal, menjauhkan ujub dan takabur, rida pada qada’
Allah, menjauhkan dengki, menjauhkan dendam, menjauhkan marah, menjauhkan
kicuhan dan penipuan.
Keterangan tersebut menunjukkan bahwa
aspek ajaran Islam menyangkut hubungan manusia sebagai hamba dengan Allah swt,
sebagai Khalik, dan hubungan manusia dengan sesama makhluk.
Dengan demikian jelas bahwa aspek
utama dalam ajaran Islam adalah manusia dituntut senantiasa memelihara
hubungannya dengan Allah swt, secara vertikal dan memelihara hubungannya dengan
sesama manusia secara horisontal, sehingga memperoleh keselamatan dan
kebahagian di dunia dan di akhirat kelak.
Sayyid Sabiq, mengemukakan
aspek-aspek ajaran Islam pada tiga bagian, yaitu “segi rohaninya, segi
moralnya, dan segi sosialnya”
Dengan demikian, pada hakikatnya
ajaran Islam mengandung dua aspek, yaitu menyangkut masalah aqidah yang
ditunjukkan dengan ketaatan dan kepatuhan memelihara hubungan dengan Allah swt,
yaitu dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh
laranganNya, kemudian menyangkut akhlak terhadap sesama manusia dan makhluk
lainnya dengan senantiasa berusaha memelihara dan menciptakan suasana yang
kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta selalu
melestarikan dan memanfaatkan alam ini sebagai sumber penghidupan.
c. Pengamalan Ajaran Islam
Pengamalan ajaran Islam merupakan
indikasi kesempurnaan iman seseorang, sebagaimana yang dipahami dari makna
“iman” yaitu mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan
melaksanakan dengan anggota badan. KeIslaman seseorang tidak berarti tanpa
dibarengi dengan pelaksanaan ajaran Islam.
Membahas lebih jauh masalah
tersebut, perlu dipahami bahwa Islam sebagai Rahmatan lil
‘alamin merupakan sebuah konstitusi yang sempurna dan pedoman Ilahi bagi umat
manusia untuk membina kehidupan yang bermoral tinggi, dimana akal dan jiwa
seseorang bebas dari segala macam khurafat dan takhayul, kehendak serta fikiran
tiap pribadi terlepas dari segala belenggu, sehingga ia menjadi tuan bagi
dirinya sendiri menguasai kemauannya dan cara hidupnya sendiri, tiada kekuasaan
yang membatasinya kecuali kekuasaan kebenaran dan keadilan yang berada di atas
segala sesuatu.
Ajaran Islam
menghimbau umat manusia untuk menggunakan akal pikirannya mengenal dan
menyelami tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam ciptaanNya serta hikmah yang
terkandung didalamnya. Bagi yang tidak mempergunakan akal
dan tenaga untuk berpikir, menurut anggapan Islam adalah
merupakan dosa dan pelanggaran yang akan diminta pertanggung jawabannya kepada
siapa yang menyia-nyiakan karunia dan pemberian Allah yang besar ini.
Berdasarkan keteraangan tersebut, dapat dipahami
bahwa Islam dengan
ajaran tauhid dan
syari’atnya serta tntunan moral dan akhlaknya apabila diamalkan dengan baik,
akan menghidupkan jiwa-jiwa yang beku, menggugah hati yang layu dan
membangkitkan rasa dan naluri kebajikan pada diri seseorang agar mempunyai dada
yang lapang bagi hubungan yang baik dan pergaulan yang rukun dan damai. Di
samping itu Islam melarang kezaliman, penindasan dan segala bentuk perkosaan
dan paksaan, agar supaya tidak sampai ada kehirmatan atau hak seseorang
terlanggar, tiada seorang yang lemah dan miskin terhina dan teraniaya dan tiada
hak milik seseorang terampas dan terlepas dari padanya dengan cara
sewenang-wenang.
Sayyid Sabiq dalam “Islamuna”, mengemukakan
bahwa ajaran Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin, karena Islam bertujuan
membina kehidupan:
1) Masyarakat yang paling bersih dan paling suci di atas bumi ini.
2) Tidak mengenal benih-benih syirik, atheisme dan animisme, tetapi
diliputi oleh iman dan tauhid dan taat kepada Allah.
3) Tidak mengenal penganiayaan, penindasan dan kedzaliman, tetapi diwarnai
dengan keadilan, kebebasan yang terpimpin dan rasa persaudaraan serta
kerukunan.
4) Tidak mengenal kebodohan, akan tetapi diisi dengan perlombaan dalam
menuntut ilmu, hikmah dan pengetahuan serta penyelidikan tandatanda kebesaran
Tuhan yang terkandung dalam alam semesta yang diciptakan.
5) Tiada terdapat di dalamnya kema’siatan, kefasikan, tetap ditandai dengan
sifatsifat kejujuran, keikhlasan dan amal shaleh.
6) Tidak dikotori oleh sifatsifat dengki, iri hati dan dendam khusumat,
tetapi dinaungi oleh rasa cinta kasih, damai dan sikap gotong royong.
7) Tidak boros dan mewah, tetapi hemat, murah hati dan selalu bersedekah.
8) Kehidupan yang tidak dikotori oleh kahmer, judi dan tipuan, tetapi
diwarnai dengan semangat berusaha, berproduksi serta mencari nafkah yang halal
dan bersih.
9) Tiap individu terdidik baik, mendapat kesempatan belajar yang cukup,
tiap kelompok bergotong royong dan tolong menolong, dan pemerintahan hendaklah
berdasar musyawarah dan persamaan dengan tidak meninggalkan kewajiban
melindungi agama dengan mengajak orang untuk memperoleh tuntunannya, sehingga
dengan demikian menyebar luaslah rasa persaudaraan di antara sesama manusia di
dalam pergaulan hidup yang aman, damai dan tentram.
Berdasarkan
keterangan sebelumnya, maka jelas bahwa ajaran Islam merupakan rahmatan
lil’alamin Islam. Artinya, Islam
merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam
semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Ash Shabuni
menjelaskan bahwa Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun
mengatakan ‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat
bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad Saw.
Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan
manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai
kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang
sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia
yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi
seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini,
yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa
azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau
ditenggelamkan dengan air”
Jadi jelas
bahwa ajaran Islam adalah rahmat bagi alam semesta ini. Artinya dengan
mengamalkan ajaran yang termaktub dalam Islam yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw, berupa aqidah yang menghubungankan manusia dengan Tuhannya, dan
berupa akhlak yang mempererat hubungan manusia dengan sesamanya, maka dengan
sendirinya tercipta suasana yang rukun, aman, dan damai dalam lingkungan
masyarakat atau negara yang baldatun toyyibatun warobbun gafur, sehingga
terwujud keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia ini, begitupula
kehidupan di akhirat kelak.
Berdasarkan uraian pada sub ini
peneliti berkesimpulan bahwa pengamalan ajaran Islam sebagai agama yang
rahmatan lil’alamin, adalah upaya untuk senantiasa menjabarkan sikap mental
yang terpuji. Artinya, memelihara hubungan dengan Allah swt, secara vertikal
dan memlihara hubungan dengan sesama makhluk secara horisontal, guna memperoleh
kebahagian dan keselamatan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar