Senin, 10 Juli 2017

H. Mahmud Sapsal Barugae
Ajaran Islam dan Pengamalannya
a. Pengertian Ajaran Islam
Sebagaimana diketahui bahwa ajaran berasal dari suku kata "ajar", yaitu sesuatu yang diusahakan untuk diketahui oleh orang lain. Jadi ajar merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang dapat "mempengaruhi perkembangan seseorang", secara psikologis, faktor ajar merupakan salah satu faktor  yang  berpengaruh  terhadap  perkembangan dan pertumbuhan jiwa manusia. Untuk dikemukakan oleh Wilhelm Stern, bahwa perkembangan anak/manusia itu tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya saja, dan juga bukan hanya  ditentukan   oleh   lingkungan   atau   faktor  ajar  saja, melainkan “Perkembangan pribadi manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor pembawaan dan lingkungan, faktor dalam dan luar/ajar”
Pengertian ajaran adalah sesuatu yang diusahakan untuk diketahui oleh orang lain. Untuk itu,  Amir Daien, mengatakan bahwa ajaran dalam arti mengajar, adalah “. . . menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan ataupun  keterampilan dan sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu...”
Berdasarkan keterangan tersebut, jelas dapat dipahami bahwa ajaran  adalah  sesuatu  atau  barang  yang diusahakan untuk diketahui, dihayati dan diamalkan.
Adapun  pengertian  Islam,  secara  etimologi  berasal  dari  kata  salima yang  berarti selamat, Maksudnya ialah bahwa ajaran Islam secara keseluruhan, baik itu berupa perintah yang harus dikerjakan maupun larangan yang harus dihindari, tujuan dan maksudnya supaya manusia mencapai keselamatan dunia maupun akhirat. Dari kata salima dibentuk kata aslama yang berarti menyerah diri, tunduk, patuh dan taat, maksudnya bahwa pokok ajaran Islam itu adalah berdasar pada penyerahan diri kepada Allah swt, dikerjakan perintah-perintah-Nya dan dihindari larangan-larangan-Nya, karena rasa tunduk, patuh dan taat kepada Allah swt,.
Hasbi as Shiddieqy, mengemukakan arti Islam, yaitu “. . . menyerahkan diri kepada Allah dalam segala rupa urusan dan menerima ketetapan Allah dengan ridha dan sabar”
Dengan demikian agama Islam adalah syariat penutup yang mengajarkan kepada seluruh manusia untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Allah swt, sebagai Khalik, dan senantiasa menghubungkan diri dengan sesama manusia/makhluk, sehingga terwujud keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Berdasarkan dari gambaran yang diuraikan terdahulu, dapat dipahami makna ajaran agama Islam, yaitu peraturan atau undang-undang  yang  ditetapkan   oleh   Allah swt, untuk disampaikan kepada manusia melalui Rasul-Nya,  yaitu  Nabi Muhammad saw, meliputi masalah yang menghubungkan manusia dengan Allah swt,    (حبل من الله), dan hubungan manusia dengan sesama manusia    (حبل من النا س), sehingga manusia dapat memperoleh kebahagiaan, keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
b. Aspek-aspek Ajaran Islam
Sebagaimana diketahui bahwa dikala manusia telah memeluk berbagai macam dasar kepercayaan, menganut aneka rupa paham, sehingga terjadi perpecahan, saling bermusuhan, maka Allah swt, yang Maha mengetahui akan kemaslahatan para hambaNya, menurunkan perintah kepada hamba/manusia melalui Rasul-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw,. Perintah Allah swt, tersebut adalah “memerintahkan supaya para hambaNya memeluk agama Islam dan menghabiskan seluruh hajatnya dengan meyakini dan mematuhi ajaran agama yang sempurna itu”
Perintah Allah swt, bertujuan supaya manusia memperoleh keselamatan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Artinya, bahwa setiap perintah Allah swt., adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
Dengan demikian, jelas bahwa Allah swt, memerintahkan kepada segenap hamba-Nya supaya mereka memeluk agama Islam hingga akhir hidupnya. Untuk lebih mengarah kepada topik pembahasan, peneliti akan menguraikan aspek-aspek ajaran Islam yang secara garis besarnya dapat dibagi dua, yaitu menyangkut masalah aqidah, dan masalah akhlak.  
Aqidah, yaitu Iman akan Allah swt, Iman akan MalaikatNya, Iman akan kitabkitabNya, Iman akan rasulrasulNya, Iman akan Qadan dan Iman akan hari kesudahan.
Akhlak, yaitu mencintai Allah swt, mencintai dan membenci sesuati karena Allah swt, mencintai rasul dan mengikuti sunnahnya, Ikhlash dalam beramal, bertaubat, taqwa, mengharapkan Allah, bersykur, menepati janji, sabar, rendah hati, kasih sayang, bertawakkal, menjauhkan ujub dan takabur, rida pada qada’ Allah, menjauhkan dengki, menjauhkan dendam, menjauhkan marah, menjauhkan kicuhan dan penipuan.

Keterangan tersebut menunjukkan bahwa aspek ajaran Islam menyangkut hubungan manusia sebagai hamba dengan Allah swt, sebagai Khalik, dan hubungan manusia dengan sesama makhluk.
Dengan demikian jelas bahwa aspek utama dalam ajaran Islam adalah manusia dituntut senantiasa memelihara hubungannya dengan Allah swt, secara vertikal dan memelihara hubungannya dengan sesama manusia secara horisontal, sehingga memperoleh keselamatan dan kebahagian di dunia dan di akhirat kelak.
Sayyid Sabiq, mengemukakan aspek-aspek ajaran Islam pada tiga bagian, yaitu “segi rohaninya, segi moralnya, dan segi sosialnya”
Dengan demikian, pada hakikatnya ajaran Islam mengandung dua aspek, yaitu menyangkut masalah aqidah yang ditunjukkan dengan ketaatan dan kepatuhan memelihara hubungan dengan Allah swt, yaitu dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh laranganNya, kemudian menyangkut akhlak terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya dengan senantiasa berusaha memelihara dan menciptakan suasana yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta selalu melestarikan dan memanfaatkan alam ini sebagai sumber penghidupan.


c. Pengamalan Ajaran Islam
Pengamalan ajaran Islam merupakan indikasi kesempurnaan iman seseorang, sebagaimana yang dipahami dari makna “iman” yaitu mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan melaksanakan dengan anggota badan. KeIslaman seseorang tidak berarti tanpa dibarengi dengan pelaksanaan ajaran Islam.
Membahas lebih jauh masalah tersebut, perlu dipahami bahwa Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin merupakan sebuah konstitusi yang sempurna dan pedoman Ilahi bagi umat manusia untuk membina kehidupan yang bermoral tinggi, dimana akal dan jiwa seseorang bebas dari segala macam khurafat dan takhayul, kehendak serta fikiran tiap pribadi terlepas dari segala belenggu, sehingga ia menjadi tuan bagi dirinya sendiri menguasai kemauannya dan cara hidupnya sendiri, tiada kekuasaan yang membatasinya kecuali kekuasaan kebenaran dan keadilan yang berada di atas segala sesuatu.
Ajaran Islam menghimbau umat manusia untuk menggunakan akal pikirannya mengenal dan menyelami tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam ciptaanNya serta hikmah yang terkandung didalamnya. Bagi yang tidak mempergunakan akal dan tenaga untuk berpikir, menurut anggapan Islam adalah merupakan dosa dan pelanggaran yang akan diminta pertanggung jawabannya kepada siapa yang menyia-nyiakan karunia dan pemberian Allah yang besar ini.
Berdasarkan keteraangan tersebut,  dapat  dipahami  bahwa  Islam  dengan  ajaran  tauhid  dan syari’atnya serta tntunan moral dan akhlaknya apabila diamalkan dengan baik, akan menghidupkan jiwa-jiwa yang beku, menggugah hati yang layu dan membangkitkan rasa dan naluri kebajikan pada diri seseorang agar mempunyai dada yang lapang bagi hubungan yang baik dan pergaulan yang rukun dan damai. Di samping itu Islam melarang kezaliman, penindasan dan segala bentuk perkosaan dan paksaan, agar supaya tidak sampai ada kehirmatan atau hak seseorang terlanggar, tiada seorang yang lemah dan miskin terhina dan teraniaya dan tiada hak milik seseorang terampas dan terlepas dari padanya dengan cara sewenang-wenang.
Sayyid Sabiq dalam “Islamuna”, mengemukakan bahwa ajaran Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin, karena Islam bertujuan membina kehidupan:
1) Masyarakat yang paling bersih dan paling suci di atas bumi ini.
2) Tidak mengenal benih-benih syirik, atheisme dan animisme, tetapi diliputi oleh iman dan tauhid dan taat kepada Allah.
3) Tidak mengenal penganiayaan, penindasan dan kedzaliman, tetapi diwarnai dengan keadilan, kebebasan yang terpimpin dan rasa persaudaraan serta kerukunan.
4) Tidak mengenal kebodohan, akan tetapi diisi dengan perlombaan dalam menuntut ilmu, hikmah dan pengetahuan serta penyelidikan tandatanda kebesaran Tuhan yang terkandung dalam alam semesta yang diciptakan.
5) Tiada terdapat di dalamnya kema’siatan, kefasikan, tetap ditandai dengan sifatsifat kejujuran, keikhlasan dan amal shaleh.
6) Tidak dikotori oleh sifatsifat dengki, iri hati dan dendam khusumat, tetapi dinaungi oleh rasa cinta kasih, damai dan sikap gotong royong.
7) Tidak boros dan mewah, tetapi hemat, murah hati dan selalu bersedekah.
8) Kehidupan yang tidak dikotori oleh kahmer, judi dan tipuan, tetapi diwarnai dengan semangat berusaha, berproduksi serta mencari nafkah yang halal dan bersih.
9) Tiap individu terdidik baik, mendapat kesempatan belajar yang cukup, tiap kelompok bergotong royong dan tolong menolong, dan pemerintahan hendaklah berdasar musyawarah dan persamaan dengan tidak meninggalkan kewajiban melindungi agama dengan mengajak orang untuk memperoleh tuntunannya, sehingga dengan demikian menyebar luaslah rasa persaudaraan di antara sesama manusia di dalam pergaulan hidup yang aman, damai dan tentram.

Berdasarkan keterangan sebelumnya, maka jelas bahwa ajaran Islam merupakan rahmatan lil’alamin Islam. Artinya, Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Ash Shabuni menjelaskan bahwa Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun mengatakan ‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad Saw. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan air”
Jadi jelas bahwa ajaran Islam adalah rahmat bagi alam semesta ini. Artinya dengan mengamalkan ajaran yang termaktub dalam Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, berupa aqidah yang menghubungankan manusia dengan Tuhannya, dan berupa akhlak yang mempererat hubungan manusia dengan sesamanya, maka dengan sendirinya tercipta suasana yang rukun, aman, dan damai dalam lingkungan masyarakat atau negara yang baldatun toyyibatun warobbun gafur, sehingga terwujud keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia ini, begitupula kehidupan di akhirat kelak.
Berdasarkan uraian pada sub ini peneliti berkesimpulan bahwa pengamalan ajaran Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin, adalah upaya untuk senantiasa menjabarkan sikap mental yang terpuji. Artinya, memelihara hubungan dengan Allah swt, secara vertikal dan memlihara hubungan dengan sesama makhluk secara horisontal, guna memperoleh kebahagian dan keselamatan dunia dan akhirat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Ekstrakurikuler

Pendidikan Ekstrakurikuler a. Pengertian pendidikan ekstrakurikuler Pendidikan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan d...